Singapore-indonews.tv – Dimana Bumi Dipijak, Di Situ Langit Dijunjung
Adalah Fajarsyah Agus Guritno (40), yang mengikuti falsafah hidup itu. Artinya, di manapun manusia berada, sesungguhnya ia sedang menikmati karunia kehidupan yang dilimpahkan Allah, Tuhan bagi semesta alam. Menurut Fajar semasa masih muda, sehat dan kuat serta mampu, “Kenapa tidak, kita keliling dunia ?”, katanya. Hobinya mbolang sejak kecil, selalu dan terus dipupuk serta dikembangkan dalam karir pekerjaannya.
Ketika ditanya sejak kapan punya hobi mbolang, Fajar bertutur : “Sejak dalam kandungan mama, ayahku memang bercita-cita, agar aku sebagai anak sulung, kelak bisa keliling dunia”. Suami dari Ierra Faiza Burhani dan sekaligus bapak dari Alexandria, Mecca, Gibraltar dan Nazareth yang tanggal 19 Agustus kemarin, baru saja merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke-40 ini, membuka “rahasia” sebab musabab (kausalitas) sampai ia bisa keliling dunia.
“Ketika mama hamil, ayahku sangat mendambakan kelahiran anak sulungnya laki – laki, karena ia ingin agar anaknya kelak bisa keliling dunia, melanjutkan cita – citanya”, tutur Fajar yang berstatus PR (permanent resident) di Singapore sudah 12 tahun ini. Ia kemudian melanjutkan : “Nenekku (ibu mamaku) pernah menyampaikan pesan kepada ayah, bahwa apabila ingin anaknya kelak keliling dunia, maka ari – ari (tempat makan bayi dalam rahim) nya musti ‘dilarung’ (dihanyutkan ke laut)”.
Fajar mengurai lebih jelas : “Lepas dari apakah itu mistis atau logis, ayahku betul – betul melaksanakan pesan nenekku, tentu diiringi doa kepada Tuhan YME. Ritual ‘buang’ ari – ari hanyalah semacam ‘jembatan’ yang menghantarkan doa, harapan dan cita – cita agar kelak aku bisa round the world”. Beruntung Fajar, doa dan harapan orang tuanya terjadi betul.
Orang Jawa punya pedoman dalam hidup yang simple namun realistis. Para moyang membuat “ular – ular” (pepatah petitih, nasihat yang baik). Di antaranya adalah : “Donga klawan Laku” (Doa itu harus diringi dengan tindakan). Maka sebagai wujud tindakannya, ayah Fajar selalu mengajaknya belajar bahasa Inggeris dan sejak SMP, ia sudah didaftarkan untuk kursus bahasa Inggeris di LIA (Lembaga Indonesia Amerika) – ketika itu di Jl. Dr. Sutomo, Surabaya. Selain itu, ayah Fajar juga memotivasinya dengan buku – buku bacaan berbahasa Inggeris.
“Koran Jawa Pos – yang menjadi langganan keluarga kami ketika itu – pada halaman belakang (back cover) – juga membuat rubrik ‘Internasional’ yang selalu aku baca lebih dulu”, Fajar mengisahkan. Ini pula yang menjadi salah satu referensi dan motivasi Fajar. Maka ia sangat antusias ketika ayahnya mendorong kuliah di Jurusan Pariwisata Universitas Airlangga (Unair), selepas lulus SMA Negeri 18 (Smundalas) Surabaya.
Jiwanya yang “bebas” dan cerdas, mendorong Fajar bergayung sambut dengan ayah dan mamanya yang selalu menyuport berbagai kegiatan, semisal selalu mengikuti event Fun Bike atau Off Road – sejak usia belasan tahun. Itu dimaksudkan agar melatih sikap mental “avonturir” yang berani dan konsekuen pada pilihan hidup. Hal lain lagi, ayahnya sering mengajaknya ke Toko Buku Gramedia atau Gunung Agung, di sana banyak ekspatriat, bule yang bisa diajak kenalan atau sekadar ngobrol, melatih speaking dan listening. English speaking Fajar memang berkembang bagus.
Ayah Fajar, Sila Basuki, adalah juga seorang organisatoris yang mempunyai pergaulan luas serta punya hobi petualang ; pendaki gunung dan pemburu tanaman langka serta bonsai. Tak heran kalau jiwa bapak anak ini 11 – 12 nyaris sama – sama suka “mbolang”. Like daddy, like son. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Namun “langkah” Fajar ternyata bermil – mil, lebih jauh, berkeliling dunia, persis doa dan harapan ayahnya. Ibunya, Tjahyawati Soerodjo, puteri dari keluarga Perwira Tinggi TNI, juga sangat menginspirasi Fajar untuk menjadi orang sukses.
Fajar yang lulus dari Jurusan Tourism Airlangga University, dengan predikat wisudawan memuaskan ini, kemudian bertekad ingin “avonturir” ke negeri Uncle Sam, Amerika. Namun sebelum semua bekal dan mental siap untuk itu, anak sulung yang punya 2 adik, Rizqisyah Dwijaya Irawan (lulus S1 Komunikasi) dan Ade Irma Octarianti (Lulus S1 Hukum) ini, mau dan tak “minder” merintis kerja mulai dari bawah. Karirnya dimulai dari bekerja hanya sebagai “casual”, pencuci piring di Restoran Oriental, Hotel bintang 5 Shang-ri La, Surabaya.
Hingga suatu ketika Fajar mendapat kepercayaan dari kawan ayahnya, sebagai GM di Perusahaan Tour & Travel, PT. Rusa Satria Wisata, milik Anwar Musyaddad, di Surabaya. Setahun mengelola perusahaan itu, Fajar harus rela meninggalkan tanah air, demi cita – citanya ke “dream land”, USA. Ia bertolak ke Miami, Florida, USA, pertama kali dengan pesawat Lufthansa, transit di Frankfurt. Sesampainya di sana ia berkhabar ke ayahnya, bahwa perasaannya “campur aduk, nano – nano”, antara senang, bangga, sekaligus, was – was, karena baru pertama pergi jauh antar benua.
Fajar yang punya Diploma bidang Tourism dari Unair ini, tentu saja bersyukur bisa “terbang jauh” dan “hinggap” di Perusahaan Cruise Line, CARNiVAL, yang berpusat di Miami, Florida, USA. Namun satu hal yang prinsip baginya, bahwa dalam setiap berkhabar ke keluarganya di Indonesia, ia tak pernah mengadu atau mengeluh tentang pekerjaannya.
Fajar selalu bercerita yang baik – baik dan menyenangkan, terutama kepada mamanya yang ia kasihi. Salary-nya yang besarnya 10X UMR (Upah Minimum Regional) pegawai di kota kelahirannya – Surabaya – itu, sebagian besar dikirim ke mamanya. Karena mamanya lah yang awalnya mendapat info tentang Perusahaan (Biro) Agen Pelaut (pelayar) Kapal Pesiar (Cruise Line) Carnival, di Yogyakarta. Dan mamanya pula yang sangat getol mengupayakan informasi akurat untuk maksud itu. Doa dan harapan orang tua serta cita – cita dirinya, telah menghantarkan Fajar jadi seperti sekarang.
Agaknya perjalan 7 tahun Fajar sebagai The Sailor on Cruise Line dipandang cukup oleh yang bersangkutan. Dengan tekad “Bonek Arek Suroboyo” ia memberanikan diri meminang puteri kedua dari pasangan Anwar Musyaddad dan Farida Anwar, citizen Singapore, menjadi isterinya, pada tahun 2010. Dan sejak itu, Fajar dan isterinya memutuskan untuk bekerja mengadu nasib di daratan Singapore dulu.
Tentu saja Fajar tak hendak berhenti untuk terus keliling dunia. Dia hanya jeda, menunggu momen berikutnya. Maka sembari itu, ia “terpaksa” harus memulai kembali merintis bekerja dari bawah. Padahal saat 7 tahun dia bekerja di Carnival Cruise Line itu, 3 kali dia sempat menyabet predikat Employee of The Year. Pergi pagi, pulang pagi, ia banting tulang jadi waitrees di 2 restoran Cina. Ia mengaku tak sesali, sebab satu hari kelak, ia akan memetik buah dari rasa syukur dan sabar menjalani ujian dan tantangan hidup di Singapore.
Latar belakang akademik Fajar bidang Tourism dan Ierra, istrinya, yang Business English menjadi modal yang baik, sehingga keduanya bisa diterima sebagai employee di Perusahaan BOOKiNG.COM. Sebuah branch office corporate Belanda yang buka di Marina by The Bay. Dengan reputasi dan kapasitas yang dia miliki, di Company ini, Fajar sempat dipercaya sebagai Super Intendant. Kerjanya sering melawat ke berbagai negara Asia Pacific, namun sesekali juga ke Eropah dan Amerika.
Budaya di Singapore, orang dianggap patut resign dari satu job company yang satu, pindah ke company yang lain. Itu juga yang dilakukan Fajar dan isterinya, Ierra. Oleh karena itu, pada satu kesempatan Fajar dapat peluang untuk bekerja di AMAZON atau Amazon Web Services (AWS).
Adalah company yang menyajikan sekumpulan layanan – layanan berbasis Cloud Computing. Meskipun salah satu perusahaan raksasa internet ini sering kita kenal untuk membeli buku dan lagu, tetapi sekarang AWS telah menambah layanannya dalam hal infrastrutktur cloud computing. CEO: Adam Selipsky (17 Mei 2021–), Didirikan: 3 Maret 2006, Kantor Pusat : Seattle, Washington, Amerika.
Ketika awal mula ke Singapore, setelah menikah dengan Ierra, isterinya, dan saat bekerja sebagai blue collar (pekerja kasar), suami isteri ini berani menelan pil pahit ujian hidup, bertempat tinggal hanya di “bedeng” (sekat triplek), rumah sewa bulanan. Berjalannya waktu, dari Booking.com kemudian menanjak ke AWS, berturut – turut pindah rumah tinggal. Awal mula, keluarga anyar ini, melalui perjuangan prosedur yang ribet, akhirnya bisa dapat rumah sewa sederhana, namun memadai bagi keluarga (ber -3).
Kini keluarga Fajar – Ierra bertumbuh kembang menjadi 6 orang. Empat orang anak – anak sudah pada masuk Pre – School dan Elementary School dengan pengantar bahasa Inggeris full. Seiring dengan bertambahnya jumlah anak, Fajar juga terus memacu reputasi, step by step up grade profesionalisme nya. Dari apartemen, ANAK NEGERI DIRANTAU ORANG ini telah mampu mengajak keluarga nya pindah ke condomonium PRIVE, daerah elite antara Punggol dan Waterway.
Ke depan, pasangan yang kompak ini sedang meng-kalkulasi untuk “mbolang” lagi, pindah ke Canada. “Kami sedang perhitungkan masa depan, pendidikan, politik dan kesejahteraan bagi anak – anak. Canada, semoga jadi pilihan Tuhan untuk kami”, kata Fajar, seperti sedang meyakinkan keteguhan hatinya sendiri, menyeberang ke benua besar – menantang kesuksesan baru.
Punggol Field Road
(Condomonium Prive)
Singapore August 25th. 2022
SiLA BASUKi.
ANAK NEGERI DIRANTAU ORANG : FAJARSYAH AGUS GURITNO
|
28/08/2022 |