indonews.tv – Surabaya – Merayakan Hari Anak Nasional yang jatuh pada setiap 23 Juli, Bengkel Muda Surabaya menampilkan anak-anak Surabaya yang bertalenta seni, baik yang tergabung dalam komunitas seni maupun perseorangan. Program Bulanan yang bertajuk “Anak-anak Bermain, Biarkanlah” yang diambil dari salah satu sajak karya Hardjono WS, berlangsung pada 20 Juli 2025, pukul 19.00, di Studio Kecil BMS, Kompleks Balai Pemuda, Jl. Gubernur Suryo 15 Surabaya.
Mengapa Perlu Ada Hari Anak Nasional?
Pada dasarnya setiap anak membawa potensi yang luar biasa. Bukan sekadar pewaris masa depan, tapi juga penentu arah bangsa hari ini.
Suara anak seringkali tenggelam dalam hiruk-pikuk dunia orang dewasa. Hari Anak Nasional menjadi momen penting untuk menyalakan kesadaran kolektif: bahwa anak bukan objek perlindungan semata, melainkan subjek dalam pembangunan.
Mengukuhkan Hak Anak sebagai Prioritas
Kegiatan Hari Anak Nasional seharusnya bukan sekadar seremoni, tapi penegasan bahwa hak-hak anak harus menjadi poros kebijakan publik dan praktik sosial.
Hak untuk tumbuh sehat, belajar, bermain dan didengar perlu terus diupayakan, terutama bagi anak-anak yang hidup di pinggiran sistem.
Jika kita mau bercermin, jujur harus diakui bahwa di republik ini masih banyak anak yang menghadapi kekerasan, eksploitasi dan bahkan akses pendidikan yang timpang.
Dengan demikian, perayaan hari anak ini menjadi momen reflektif: seberapa jauh kita benar-benar menjadikan anak sebagai prioritas?
Merawat Kesadaran Kolektif dan Komunitas
Dalam kerangka komunitas, Hari Anak Nasional dapat memperkuat solidaritas lintas generasi. Ia menjadi pengingat bagi orang dewasa, baik sebagai orang tua, guru, pemimpin maupun warga, bahwa tumbuh kembang anak adalah urusan bersama.
Sekolah, keluarga dan lingkungan harus bersinergi, bukan saling menyalahkan. Menurut hemat saya, anak-anak bukan sekadar tanggung jawab pribadi, melainkan amanah sosial.
Membangun Narasi Kebangsaan yang Humanis
Dengan ikut merayakan Hari Anak Nasional, kita sebenarnya sedang menulis ulang narasi kebangsaan yang lebih humanis. Kemajuan bukan hanya soal infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga tentang bagaimana kita memperlakukan yang paling rentan.
Anak-anak sering menjadi cermin dari kebijakan: adil atau timpang, inklusif atau eksklusif. Pesan yang ingin disampaikan oleh Bengkel Muda Surabaya dalam merayakan Hari Anak Nasional – meskipun dengan sangat sederhana – merupakan penegasan terhadap komitmen etis dan filosofis bagi masa depan yang berkeadaban.
Bagi Bengkel Muda Surabaya, Hari Anak Nasional bukan sekadar satu tanggal di kalender; ia adalah peringatan bahwa kita, sebagai masyarakat, sedang ditakar oleh cara kita memperlakukan anak-anak.
Ada lima mata acara yang akan ditampilkan dalam program ini, yakni Pembacaan Puisi, Tari Remo, Musik Ensemble dari Pusat Olah Suara Surabaya (POSS), musik perkusi dari anak-anak BMS dan karawitan tanpa gamelan dari Medhang Taruna Budaya.
Aira, yang akan tampil membaca puisi, usianya sekarang 12 tahun, kelas 6 SDN Penjaringansari 2, pernah mengikuti lomba mendongeng dan baca puisi tingkat kota Surabaya. Juga menjadi juara 2 lomba mendongeng di kecamatan rungkut.
Ada dua cucu dari Sirikit Syah yang akan tampil. Pedrtama, Harmoni Bumi akan baca puisi. Sejak kecil suka sekali membaca dan favoritnya adalah cerita sejarah, seperti Ramayana, Mahabarata, Kerajaan Nusantara, sampai mitologi Yunani sudah dia selesaikan. Beberapa kali Bumi ikut kejuaraan silat. Kedua, Melodi Laut. Seperti namanya, ia senang menari. Pernah belajar balet di Marlupi Dance Academy saat TK. Tapi kini Laut lebih menekuni tarian tradisional di sanggar RDC. Sekarang ia usia 9 tahun dan duduk di kelas 4 di SDN Rungkut Kidul 2 Surabaya.
Musik perkusi BMS merupakan binaan dari salah seorang senior BMS. Tujuannya memperkenalkan kepada anak-anak bahwa perkusi atau bunyi-bunyian termasuk bagian dari musik. Alat musik perkusi adalah alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul, digoyangkan atau digesek sehingga menghasilkan bunyi atau suara.
Penampil lain adalah dari komunitas Medhang Taruna Budaya, sering disingkat MTB. Komunitas ini adalah sebuah sanggar ludruk lintas generasi di Surabaya yang berfokus pada pelestarian budaya ludruk, khususnya melalui keterlibatan anak-anak muda dan generasi muda. Mereka biasa berlatih di Dewan Kesenian Surabaya. Komunitas ini dipimpin oleh Sri Wahyuni (juga dikenal sebagai Yuni Sugiyo) dan aktif melibatkan anak-anak usia sekolah dalam setiap pementasannya. MTB pernah menggelar pertunjukan ludruk, termasuk lakon “Joko Jumput in Action.” MTB juga telah meraih beberapa prestasi, termasuk menjadi penyaji terbaik tiga kali berturut-turut dalam Festival Ludruk tingkat Kota Madya Surabaya. Kali anak-anak yang berada dalam komunitas Medhang Taruna Budaya dan masih duduk di bangku SD kelas 1 hingga kelas 3 ini akan tampil membawakan dua tembang garingan (tanpa iringan gamelan).
Pusat Olah Suara Surabaya atau disingkat POSS, yang didirikan oleh Heru Prasetyono, adalah komunitas musik yang membina mulai dari anak-anak hingga kalangan muda. Komuniytas ini tergolong ulet. Pernah “diusir” ketika latihan musik di Balai Pemuda. Tapi berkat dukungan Dewan Kesenian Surabaya, hingga kini kita masih bisa melihat mereka latihan di Kompleks Balai pemuda. Kelompok ini aktif mengadakan pertunjukan musik, baik di Surabaya maupun kota lain di Jawa Timur seperti Lumajang, Pasuruan, dan Kediri. POSS Ensemble menekankan pada inklusi dan memberikan kesempatan bagi semua orang untuk belajar musik dan tampil di panggung, tanpa memandang latar belakang. Belum lama ini mereka menyelenggarakan konser besar berjudul “Gado-Gado Suroboyo” yang merupakan perayaan kebersamaan dan keberagaman.
Tunggu apa lagi? Yuk ngumpul di Studio Kecil untuk menyaksikan bagaimana anak-anak bertalenta seni mengekspresikan dirinya.
Jil kalaran
Pegiat Kesenian
Perayaan Hari Anak Nasional Ala Bengkel Muda Surabaya
|
16/07/2025 |
