indonews.tv – Kalo sudah panas kita mencari udara dingin, kalo sudah dingin mencari hangat, tapi ya memang begitulah sifat manusia ! dan saat inilah penjual es mengais rejeki !.
Apakah anda merasa kepanasan atau gerah akhir-akhir ini? Ternyata Fenomena suhu panas dirasakan di Indonesia, sejak awal Mei 2022, udara terasa panas, kering dan ditengarai juga sebagai penyebab banyaknya timbul penyakit tenggorokan dan mulut.
Badan Klimatologi, Meteorologi, dan Geofisika menyatakan, suhu udara panas dan sumuk (Jawa) di sebagian wilayah Indonesia karena awal atau puncak musim kemarau dan gerak semu matahari ditimpali pula dengan udara panas yang tertahan karena pusaran kembar di Samudera Hindia di barat Sumatra.
Suhu udara yang panas ini dirasakan di beberapa tempat di Sumatra dan Indonesia bagian selatan sejak awal Mei 2022, sekitar libur Lebaran dan setelahnya. Sekitar 2-8 stasiun cuaca BMKG melaporkan suhu udara maksimum besar dari 35° C. Stasiun cuaca Kalimaru, Kaltim dan Ciputat, Banten bahkan mencatat suhu maksimum sekitar 36° C beberapa hari berturut-turut.
Suhu maksimum sekitar 36° C di bulan Mei 2022 ini bukan suhu tertinggi yang pernah terjadi di Indonesia. Rekor suhu tertinggi yang pernah dirasakan di Indonesia adalah 40° C, tepatnya di Larantuka, NTT pada 5 September 2012 lalu.
Plt. Deputi Klimatologi BMKG Urip Haryoko menegaskan lagi, kejadian suhu panas di Indonesia tidak termasuk kategori gelombang panas seperti di India. Sebab, suhu udara panas di Indonesia memenuhi definisi kejadian ekstrim meteorologis oleh Badan Meteorologi Dunia (WMO), yaitu anomali lebih panas 5 derajat Celcius dari rata-rata klimatologis suhu maksimum di suatu lokasi dan minimal berlangsung 5 hari.
Ia menambahkan, gelombang panas umumnya juga terjadi di wilayah luas karena sirkulasi cuaca tertentu. Sirkulasi cuaca inilah yang memicu penumpukan massa udara panas.
Urip menjelaskan, peningkatan suhu menjadi lebih panas atau terasa terik di bulan Mei sebenarnya wajar.Namun, anomali suhu yang lebih panas dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Indonesia mengindikasikan faktor lain yang mengamplifikasi periode puncak suhu udara tersebut.
Maka dari itu kita wajib juga belajar akan hal ini, inilah penyebab Suhu Udara Panas dan Gerah Akhir-akhir Ini
1. Awal dan Puncak Musim Kemarau
BMKG menjelaskan, dalam analisis klimatologi, bulan April atau Mei dan September merupakan 2 waktu puncak suhu maksimum yang tercatat di mayoritas lokasi pengamatan suhu udara di Indonesia. Sebab, kedua bulan ini mendapat pengaruh dari dominasi cuaca cerah awal atau puncak musim kemarau serta posisi gerak semu matahari.
2. Massa Udara Panas Tertahan Bikin Gerah
Massa udara panas tertahan di atas sebagian wilayah Sumatra dan Jawa karena sirkulasi massa udara. Alhasil, udara musim kemarau yang manas jadi makin panas.
Analisis iklim periode 1 – 10 Mei 2022 menunjukkan, suhu muka laut di wilayah Samudera Hindia barat Sumatra dan Laut Jawa lebih hangat. Suhu hangat ini menambah suplai udara lembab karena penguapan permukaan laut jadi lebih intensif.
Suhu udara yang tinggi membuat udara terasa panas dan tidak nyaman atau gerah. Suhu tinggi di udara dengan kelembaban tinggi membuat udara terasa sumuk atau gerah. Sementara itu, jika udara kering atau kelembaban rendah, maka suhu tinggi membuat udara terasa terik dan membakar.
3. Perubahan Iklim
BMKG menjelaskan, anggapan kejadian suhu harian yang tinggi di Indonesia disebabkan perubahan iklim tidak salah. Kendati demikian, menurutnya anggapan ini tidak dapat dibenarkan sepenuhnya.
Ia menjelaskan, setiap satuan kejadian cuaca tidak dapat diatribusikan secara langsung ke pemanasan global atau perubahan iklim. Sebab, perubahan iklim harus dibaca dari rentetan data iklim yang panjang, tidak hanya dari satu kejadian.
4. Tren Kenaikan Suhu di Indonesia
“Analisis pengukuran suhu permukaan dari 92 Stasiun BMKG dalam 40 tahun terakhir menunjukkan peningkatan suhu permukaan dengan laju yang bervariasi. Secara umum, tren kenaikan suhu permukaan lebih nyata terjadi di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah,” kata Urip dalam laman BMKG, dikutip Kamis (19/5/2022).
Ia merinci, Pulau Sumatra bagian timur, Pulau Jawa bagian utara, Kalimantan dan Sulawesi bagian utara mengalami tren kenaikan besar dari 0.3° C per dekade. Sementara itu, laju peningkatan suhu permukaan tertinggi diketahui terjadi di Stasiun Meteorologi Temindung, Kalimantan Timur dengan 0.95° C per dekade.
Adapun laju terendah peningkatan suhu permukaan terdapat di Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Salahuddin, Bima dengan 0.01° C per dekade. Di Jakarta sendiri dan sekitarnya, suhu udara permukaan meningkat dengan laju 0.40 – 0.47° C per dekade.
“BMKG sekali lagi juga meyakinkan bahwa kondisi ini bukanlah termasuk kondisi ekstrim yang membahayakan seperti gelombang panas “heatwave”, meskipun masyarakat tetap dihimbau untuk menghindari kondisi dehidrasi dan tetap menjaga kesehatan,” pungkasnya. (@red)
Udara Panas-Gerah Akhir-akhir Ini ? banyak minum air putih agar tidak Dehidrasi.
|
23/09/2022 |