Budaya Malu Pada Politik Ditinjau Dari Ilmu Antropologi Politik

Published on 08/02/2024

Indonews.tv I Konteks ini berupaya ingin memberikan sumbangsih pemikiran positif bagi masyarakat cerdas (kenapa ada kata-kata itu ? ) bukan berarti kita mendikotomikan masyarkaat, akan tetapi kenyataannya sekarang ini ada masyarakat yang suka membaca dan ada yang suka hanya mendengar saja lalu berusaha menyipulkan itu yang sedikit kurang memahami arti sebuah konteks atau isi berita.

Dalam ilmu antropologi politik, hilangnya budaya malu dalam politik dapat dilihat sebagai hasil dari perubahan dalam nilai-nilai, norma, dan praktik politik di masyarakat. Berikut adalah beberapa penjelasan tentang fenomena ini dari sudut pandang ilmu antropologi politik:
1. Perubahan Sosial dan Budaya: Antropologi politik menekankan pentingnya perubahan sosial dan budaya dalam memahami dinamika politik. Hilangnya budaya malu dalam politik dapat dipahami sebagai bagian dari perubahan sosial yang lebih luas di masyarakat, di mana nilai-nilai tradisional tentang kehormatan, integritas, dan rasa malu mulai terkikis oleh nilai-nilai modern yang lebih pragmatis atau individualistik.
2. Transformasi Struktur Politik: Perubahan dalam struktur politik, seperti peningkatan korupsi, oligarki politik, atau dominasi kekuasaan oleh elitis politik, juga dapat mempengaruhi budaya politik secara keseluruhan. Jika individu merasa bahwa sistem politik mereka tidak adil atau tidak memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang, mereka mungkin merasa lebih sedikit keinginan untuk mematuhi norma-norma moral atau rasa malu dalam konteks politik.
3. Polarisasi dan Konflik Identitas: Antropologi politik juga memperhatikan konflik antara kelompok-kelompok sosial dan politik yang berbeda, serta peran identitas dalam dinamika politik. Polaritas politik yang tinggi atau konflik identitas yang intens dapat mengarah pada pengalaman politik yang sangat polarisasi di mana partisipan politik mungkin merasa lebih sedikit rasa malu dalam menyerang atau merendahkan lawan politik mereka.
4. Dinamika Kekuasaan Lokal: Dalam konteks antropologi politik, penting untuk memperhatikan dinamika kekuasaan di tingkat lokal, di mana budaya politik sering kali terbentuk. Di banyak masyarakat, politisi lokal atau pemimpin tradisional mungkin memiliki kontrol yang kuat atas sumber daya dan kehidupan politik lokal. Jika mereka gagal memberlakukan aturan atau norma-norma yang mempromosikan akuntabilitas dan integritas, maka budaya malu politik di tingkat lokal juga dapat terkikis.
5. Peran Media dan Komunikasi: Perubahan dalam teknologi dan media komunikasi juga dapat mempengaruhi budaya malu dalam politik. Media sosial dan penyebaran informasi yang cepat dapat memperkuat polarisasi politik, menyebabkan politisi lebih memperhatikan citra mereka daripada integritas atau etika. Hal ini dapat mengurangi rasa malu politisi ketika mereka terlibat dalam tindakan yang merugikan karena mereka lebih fokus pada respons publik daripada pada konsekuensi moral.

Melalui pendekatan antropologi politik, kita dapat memahami hilangnya budaya malu dalam politik sebagai bagian dari perubahan yang lebih luas dalam struktur, nilai-nilai, dan praktik politik di masyarakat. Hal ini menggarisbawahi pentingnya menganalisis konteks budaya dan sosial dalam memahami perilaku politik.

Enjoyed this video?
"No Thanks. Please Close This Box!"
kirim pesan
Tanyakan untuk bisa diliput indonews.tv
TANYAKAN DISINI JIKA TEMPAT ANDA INGIN DIPROMOSIKAN KE INDONEWS.TV (TELEVISi ONLINE MASA KINI)