Indonews.tv – 21 April 2023 menjadi hari yang naas bagi Jokowi, dan tentu juga bagi LBP. Mengapa? Betapa tidak, keputusan Megawati menjadikan Ganjar sebagai Capres PDIP mengindikasikan bahwa kendali Jokowi terhadap partai politik koalisi pemerintahan semakin lemah. Mengapa kemudian ini juga menyangkut LBP? Publik juga tahu bahwa apa yang dilakukan oleh Jokowi tak lepas dari bayang bayang LBP, bahkan LBP juga disebut sebagai ” The real presiden “.
Sekilas memang nampak bahwa upaya Jokowi mendorong Ganjar sangat berhasil, tapi penunjukan Ganjar adalah kewenangan Megawati, bahkan dengan tegas Megawati mengatakan bahwa Ganjar adalah petugas partai yang ditunjuk sebagai capres. Pernyataan ini sekaligus menutup campur tangan Jokowi didalam proses penentuan Ganjar akan dipasangkan dengan siapa.
Lalu apakah Jokowi akan berdiam diri dan menerima jab jab Megawati yang mencoba meng KO kan perannya? Tentu sebagai petarung yang ambisius dan dimanajeri oleh LBP yang cerdik dan ambisius juga, Jokowi berusaha mengulang cara yang pernah dilakukan bagaimana dirinya meng endorse Ganjar. Maka dimulailah dengan pernyataan bahwa ada banyak yang bisa menjadi pendamping Ganjar, diantaranya Eric Tohir, Sandiaga Uno, Mahfud MD dan bisa juga Prabowo. Umpan Jokowi secara koor bersamaan disambar oleh kelompok kelompok lain yang berkepentingan agar tetap bisa menikmati status quo kekuasaan, lalu dimunculkan nama nama yang sama sebagaimana Jokowi sebutkan. Jadi semua sudah bisa ditebak hasil akhirnya. Jokowi dapat menjebak Megawati dalam perangkap permainannya.
Nampaknya umpan lambung Jokowi membuat GR Sandiaga Uno dan Eric Thohir. Sandiaga pun segera mereaksikan dengan mengajukan pengunduran diri dari Gerindra dan mendekati PPP dengan disertai bahwa ini adalah mandat dari Jokowi, hal yang sama dilakukan oleh Eric Thohir. Sandiaga dan Eric Thohir berharap melalui PPP mereka akan bisa disandingkan dengan Ganjar, dengan memanfaatkan isu presiden Indonesia harus kombinasi Nasionalis – Relegius.
Sebagai ketua Partai dan pemilik golden ticket, Megawati dan PDIP juga punya penilaian siapa yang kelak akan menjadi pendamping Ganjar? Publik juga tahu bahwa Megawati tak akan keluar dari nama nama yang disodorkan Jokowi dan dipublikasi media, apalagi Hasto juga menjadi bagian dari kerja kerja yang dilakukan Jokowi untuk meloloskan nama nama tersebut di hadapan Megawati. Jadi meski Megawati punya mandat dan kewenangan, tapi sesungguhnya keputusan Megawati dikendalikan oleh umpan Jokowi dan dieksekusi oleh Hasto. Padahal sejatinya sudah jelas bahwa di kalangan internal PDIP sendiri banyak yang mempertanyakan prestasi Ganjar selama memimpin Jawa Tengah.
Sampai pada titik ini seolah menjadi pemenang, tapi jangan lupa juga bahwa ketika ini menjadi keputusan PDIP, maka semua harus berada dalam kendali Megawati sebagai ketua umum partai. Sehingga pada titik menjadi keputusan partai, tidak ada kewenangan bagi Jokowi untuk ikut mengendalikan arah perjalanan Ganjar dan pasangannya, dan ini juga berarti kendali LBP juga semakin lemah atas arah Indonesia kedepan.
Semakin melemahnya daya cengkram Jokowi dan tentu juga LBP tentu akan membuat partai politik yang ada didalam koalisi Koalisi Indonesia Raya dan Koalisi Indonesia Bersatu akan bersikap sama sebagaimana yang dilakukan oleh partai NasDem, mereka akan melawan kehendak Jokowi yang selama ini disadari melanggar konstitusi dan menguntungkan oligarki. Golkar, Gerindra dan PKB adalah partai partai Koalisi Pemerintahan yang dikhianati oleh Jokowi. Utamanya adalah Prabowo yang sudah terlanjur GR. Kemana mana Prabowo diendorse untuk menjadi pengganti Jokowi, bahkan Budi Gunawan, BIN menegaskan bahwa aura Prabowo sudah seperti presiden. Pencapresan Ganjar oleh PDIP dan dihadiri Jokowi menegaskan kembali bahwa kena prank untuk ketiga kalinya. Apalagi kemudian penghinaan terhadap Prabowo masih dilakukan oleh Jokowi dengan menawarkan Prabowo sebagai wakilnya Ganjar.
Praktis setelah pencapresan Ganjar, Koalisi Indonesia Raya dan Koalisi Indonesia Bersatu bubar dan oleng, apalagi dua partai KIB, PAN sudah bergerak dulu dengan memunculkan Ganjar – Eric Thohir, serta Golkar yang menolak bergabungnya PDIP ke Koalisi Besar, terbaru luka Gerindra semakin mengingat, ketika Sandiaga Uno mohon undur diri dari Gerindra hanya untuk mengejar tiket cawapres Ganjar atas restu Jokowi melalui PPP.
Sebagai patriot, Prabowo tentu tak akan menyerah, apalagi beliau punya keyakinan bahwa partainya adalah partai besar, tentu marwah diri dan marwah partai akan dia jaga sampai titik darah penghabisan. Mandat partai yang mengamanatkan sebagai capres tentu tak akan digadaikan hanya demi jabatan cawapres, kalau ini dilakukan maka Prabowo akan dicatat sebagai orang yang ambisius dan mengejar kekuasaan, padahal selama ini Prabowo menegaskan dirinya adalah patriot yang mengabdi pada bangsa dan negara.
Sikap Prabowo tentu akan bisa ditiru oleh Golkar dan PKB, bedanya Prabowo dan Golkar sudah mematok capres, sedang PKB lebih cair bisa capres dan bisa juga cawapres.
Dalam menyelamatkan marwah partai yang bisa dilakukan adalah, Prabowo menegaskan dirinya sebagai guru bangsa dan bersikap bersama Koalisi Perubahan untuk merubah arah bangsa agar lebih berpihak kepada rakyat, yang ini tentu menjadi sikap Prabowo dan Gerindra. Hal yang sama bisa juga terjadi pada Golkar, bergabung dengan Koalisi Perubahan untuk membungkam arogansi PDIP dan Jokowi. Hal ini harus dilakukan utamanya oleh Golkar dan PKB agar tidak mendapatkan perlakuan kudeta konstitusi merebut partai melalui instrumen hukum karena dipandang tidak sejalan dengan kepentingan Jokowi.
Dinamikan politik masih sangat cair, tapi melihat konstelasi yang ada, nampaknya pencapresan Ganjar oleh PDIP akan memberi jalan lebar kemenangan Anies bersama Koalisi Perubahan. Logikanya seperti ini, terjadi Koalisi Indonesia Raya, dengan pasangan Prabowo – Cak Imin, maka Golkar akan ditinggal sendirian, pilihan Golkar akan kemana? Begitu juga bila terjadi Koalisi Golkar – PKB, Airlangga Hartarto – Cak Imin, Gerindra akan berlabuh kemana? Hal yang sama bila terjadi Koalisi Gerindra – Golkar, Prabowo – Airlangga, tentu ini akan sulit terwujud, lalu PKB akan berlabuh kemana? Bagi mereka tidak ada pilihan kalau mau menyelematkan marwah partainya kecuali bergabung bersama Koalisi perubahan. Bergabung bersama dengan PDIP dan Jokowi menunjukkan lemahnya marwah partai dan merendahkan martabat mereka sebagai pimpinan partai politik.
Surabaya, 26 April 2023
Isa Ansori
Akademisi dan Kolumnis
Megawati VS Jokowi, Siapa Yang Menang ?
|
26/04/2023 |