Kasus Bunuh Diri Sekeluarga di Penjaringan Masih Menyisakan Tanya
Indonews.tv – Kita semua tentu sudah mengetahui tetang Kasus bunuh diri sekeluarga di Penjaringan, Jakarta Utara, dan sampai saat ini masih menyisakan misteri. Aparat Polisi terus menyelidikinya. Dalam kasus bunuh diri sekeluarga ini, korban masing-masing menggunakan tali untuk saling mengikatkan diri. Sebelum kita menampilkan pendapat ahli, disini team redaksi mencoba menelaah dari sudut pemberitaan.
Pada satu sisi maraknya media social yang sering tidak tersaring dengan baik alias bebas yang kebablasan (sebenarnya ini peran negara harus turun) dan tidak menjadikan tuntunan, malah sebaliknya menjadikan tontonan sebagai isi utamanya, malah ada jargon yang penting viral yang lain gak urus.
Pada poin diatas menurut Bram Hayomi, yang dikenal juga sebagai Motivator sekaligus Pimred indonews.tv, ini sangat tidak mendidik masyarakat. Di satu sisi jika masyarakat itu pada kondisi sehat fikir dan sehat finansial dibarengi juga sehat psikologinya maka postingan-postingan yang beraneka ragam itu mungkin tidak akan mempengaruhi dia, akan tetapi sebaliknya, jika si pembaca itu pada posisi yang sebaliknya dari tuisan diatas, maka akan menjadikan triger atau acuan yang sangat besar untuk melakukan tindakan yang tidak proporsional.
Seperti apa yang dikatakan Kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Eliasta Sembiring Meliala, beberapa saat yang lalu pada wawancara di televisi swasta yang sempat kami simak, bahwa dia mengatakan, kata bunuh diri yang dipakai untuk kasus ini sangatlah menyesakkan, karena disana ada dua remaja yang belum tentu tahu tentang isi keputusan harus mengakhiri hidup dengan melompat itu yang mengakibatkan hilangnya nyawa.
Demikian juga penggunaan tali sangat menarik perhatian.
Ia melihat ada alasan lain penggunaan tali. Kemungkinan sang anak masih ragu untuk melakukan bunuh diri sehingga memerlukan dorongan dari orangtua. Anak diikutkan untuk melakukan aksi bunuh diri agar mereka tidak harus menanggung beban yang diwariskan oleh orangtua.
Diberitakan pada Sabtu (9/3/2024), satu keluarga yang terdiri atas empat orang melakukan bunuh diri dengan cara melompat dari lantai 21 gedung apartemen dan jatuh di depan lobi Apartemen Teluk Intan, di Penjaringan, Jakarta Utara. Mereka adalah EA (50), AEL (52), JWA (13), dan JL (15).
Adrianus menilai, ketika seseorang telah merencanakan untuk bunuh diri, sekuat apa pun iman yang mereka anut selama hidup tidak akan mampu membendung niat tersebut. ”Karena mereka menganggap masalah tidak akan selesai dengan hanya menjalankan agama. Perlu dicari cara di luar itu,” ujar Adrianus.
Karena itu, sangat sulit bagi pihak lain untuk membendung seseorang untuk bunuh diri. Ia mencontohkan cara Pemerintah Jepang untuk mencegah banyaknya tingkat bunuh diri, yakni memasang jeruji di jendela apartemen atau di selasar. Tujuannya, mencegah penghuni melompat.
Dalam beberapa penelitian bahwa ada banyak hal yang dapat memicu munculnya keputusan untuk bunuh diri sekeluarga. Salah satunya masalah ekonomi. Alasan memilih apartemen itu sebagai lokasi bunuh diri, Adrianus menduga karena mereka sudah terbiasa dengan lokasinya. Mereka sudah pernah tinggal lama di sana.
Arif (48), tetangga korban, mengatakan, keluarga korban tidak pernah bercerita jika mereka mengalami kesulitan ekonomi. Namun, dari cara hidup mereka sehari-hari menunjukkan keluarga ini sedang mengalami kesulitan itu. ”Mulai dari menjual telur dan mengganti mobil dengan yang lebih sederhana,” ujarnya.
Namun, keputusan untuk bunuh diri sangat tidak ia sangka. Pasalnya, keluarga ini dikenal sangat religius, terutama AEL yang sangat agamis. ”Mungkin beban hidup yang sudah sangat berat sehingga mereka nekat melakukan tindakan ini,” kata Arif.
Kadang memang sangat mungkin, jika orang bisa sangat baik karena miskin, akan tetapi sebaliknya, orang bisa sangat jahat karena juga miskin. Hal itu tentunya tergantung masing-masing orang menyikapinya.
Hingga kini, pihak kepolisian terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap motif di balik peristiwa bunuh diri ini. Kepala Polsek Penjaringan Komisaris Agus Ady Wijaya mengatakan, pihaknya terus menggali motif dari peristiwa bunuh diri ini dengan meminta keterangan para saksi dan mencari keterangan dari telepon genggam para korban. (@berbagai sumber)