Jarak Ideal Septitank dengan Sumur Demi Menjaga Kualitas Air dan Kesehatan Lingkungan

Indonews.tv- Air bersih merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat. Namun, masih banyak kasus pencemaran air tanah akibat penempatan septitank (tangki penampung limbah tinja) yang terlalu dekat dengan sumur air bersih. Hal ini berisiko tinggi menyebabkan air sumur terkontaminasi bakteri E. coli, amonia, maupun logam berat yang berasal dari limbah domestik.
Untuk mencegah risiko tersebut, pemerintah melalui berbagai peraturan telah menetapkan jarak ideal antara septitank dan sumur air bersih sebagai langkah perlindungan lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Jarak Ideal Berdasarkan Standar Nasional
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 2398:2017 tentang Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan:
Jarak minimum antara septitank dan sumur air bersih adalah 10 meter secara horizontal.
Jarak dasar resapan dengan muka air tanah minimal 1,5 meter.
Arah aliran air tanah harus diperhatikan, dimana sumur air bersih sebaiknya berada di bagian hulu (arah datangnya air tanah) dan septitank di bagian hilir (arah keluarnya air tanah).
Artinya, septitank tidak boleh berada di posisi lebih tinggi dari sumur terhadap arah aliran air tanah, karena air limbah bisa merembes dan mencemari sumber air bersih.

Ilustrasi Tata Letak Ideal
ilustrasi skematik

ARAH ALIRAN AIR TANAH →
───────────────────────────────────────────────
(Hulu) (Hilir)

[SUMUR AIR BERSIH] [SEPTITANK]
| |
| |
Kedalaman ±15 m Kedalaman ±2–3 m
| |
───────────────────────────────────────────────
Muka Air Tanah (jarak vertikal min. 1,5 m dari dasar resapan)

>> Jarak horizontal minimal 10 meter <<

Dalam penjelasan sebagai berikut :
Air tanah mengalir dari hulu ke hilir.
Sumur sebaiknya dibangun di sisi hulu, sehingga tidak terkontaminasi oleh rembesan limbah dari septitank.
Jarak horizontal antara sumur dan septitank ≥ 10 meter dan lebih jauh jika kondisi tanah berpasir atau mudah rembes.
Dinding septitank harus kedap air (tidak bocor) dan memiliki ventilasi udara.

Risiko Jika Jarak Tidak Sesuai
Jika septitank dibangun terlalu dekat dengan sumur:
Air sumur bisa mengandung bakteri patogen seperti E. coli dan Salmonella.
Dapat menimbulkan penyakit diare, tifus, dan hepatitis A.
Air berbau dan berwarna keruh karena tercemar amonia atau zat organik.

Rekomendasi untuk Masyarakat
Pastikan pembangunan septitank dilakukan oleh tenaga ahli atau mengikuti panduan SNI.
Lakukan pemeriksaan kualitas air sumur minimal setiap 6 bulan.
Gunakan septitank kedap air dengan sistem pengolahan limbah (biofilter).
Hindari membangun septitank dan sumur terlalu dekat, terutama di wilayah padat penduduk.

Dengan menjaga jarak ideal antara septitank dan sumur, masyarakat turut berperan menjaga kesehatan keluarga, kebersihan lingkungan, dan kelestarian sumber air tanah.
Pemerintah daerah akan terus melakukan sosialisasi dan pengawasan agar standar ini dipatuhi oleh seluruh masyarakat.
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Permukiman Sehat

Related Posts

About The Author

Add Comment

Momen penting ANDA perlu diliput televisi ? hub kami "indonews.tv" Logo WA dibawah

X