Surabaya- indonews.tv – Ikatan Alumni SMA Negeri 16 Surabaya menjadi pilihan empat SMA Negeri meleburkan diri menjadi satu wadah. Keempat SMA Negeri itu adalah SMA 3B Perjuangan (Wijayakusuma), SMA Negeri 3 Genteng Kali, SMPP Negeri dan SMA Negeri 16 Surabaya.
Keempat sekolah favorit di Surabaya ini, Minggu (27/11/22) mendeklarasi diri untuk tidak membuat ikatan alumni sendiri. Mereka sepakat menyatu dalam satu ikatan.
Tepat pukul 09.42, wakil dari masing-masing sekolah tersebut telah membacakan pernyataan deklarasi di hadapan para guru senior, guru aktif dan mantan kepala sekolah serta alumnus yang hadir di halaman SMA Negeri 16 Surabaya.
Seusai membacakan deklarasi, sesepuh dari SMA Genteng Kali (GTX) Ir Rayandra NZ, MT selaku ketua panitia deklarasi memimpin pelepasan burung merpati.
Saat yang sama juga melepas ratusan balon yang melambungkan simbol atau badge masing-masing sekolah.
“Mulai hari ini, kita mengikat diri dalam satu ikatan. Ika Alumni SMA Negeri 16,” tegas Rayandra, Alumni SMA 3 GTX itu kepada media ini.
Ia bersyukur di hari bersejarah ini, mantan kepala sekolah yang pernah menjadi gurunya, Oetomo Tjokrodihardjo turut hadir dan menjadi saksi.
“Beliau terharu adanya acara ini. Peleburan ini seirama dengan cita-cita beliau. Makanya beliau diberi umur panjang untuk menyaksikan sejarah baru ini,” jelasnya.
Usai deklarasi ini Rayandra bersama rekan- rekan akan menggelar Reoni Akbar. “Kami juga akan segera membentuk pengurus Ika Alumni,” sambung Zainal Arifin yang juga alumni SMA 3 GTX dan panitia deklarasi.
Harapan serupa juga disampaikan Dian yang kini menjadi Wakil Rektor Universitas Hang Tuah Surabaya. “Mudah mudahan kita tidak sekedar bikin deklarasi. Harus ada kelanjutannya,” pinta senior dari SMAGA GTX ini.
Yang pasti, menurut dia, peleburan ini bisa menjadi perekat antar alumni dengan guru dan adik- adiknya. “Semoga kita lebih guyub dan menjadi seduluran sak lawase,” ujarnya.
Hari Prasetyo alumni SMPP 83 juga mempertanyakan langkah apa yang akan dilakukan setelah deklarasi ini.
Mantan OSIS SMPP 81-83, Agus Pekeh menilai apa yang dilakukan alumnus sangat positif. Ia menilai semua program deklarasi, penyajian acaranya luar biasa.
“Saya berharap ada kelanjutan yang lebih spektakuler,” timpal Dyah alumnus SMPP lainnya.
Pria yang digelari “Bos Double Trek” oleh rekan seangkatan ini, setuju sekali jika dalam waktu dekat sudah ada pembentukan pengurus Ika Alumni.
GAYUNG BERSAMBUT
Deklarasi peleburan ini memang tidak bertepuk sebelah tangan. Mereka sepakat untuk kembali ke sekolah bergabung dengan adik-adiknya yang tengah belajar.
Gayung pun bersambut. Tua muda, senior dan yunior saling bernyanyi secara koor, mendendangkan bait-bait Mars secara syahdu dan khidmat.
Para guru siswa dan guru senior pun ikut menyanyi di tenda tempat duduknya. Senyum mereka mengembang. Turut bahagia.
Pelajar berseragam biru pun mendekat di hadapan tempat duduk kehormatan para guru. Mereka melantunkan lagu dan himne Hari Guru (25 November).
Saat itu pula, senior angkatan 83 (SMPP) Abdul Muis menyeruak di antara mereka. Ia membacakan puisi berjudul: “Guru dan Almamaterku.”
Trengginas, tegas dan puitis relegis, bait puisi yang dipekikkan wartawan senior Jawa Pos ini.
Cak Amu, sapaan pendiri program Pojok Kampung di JTV itu, lantas menghampiri semua guru dan menciumi tangannya.
SMA BERKUALITAS
Kepala sekolah pertama SMPP dan lanjutan dari SMAGA Genteng Kali, Oetomo Tjokrodihardjo menyambut gembira peleburan ini.
“Ini harapan saya. Lama sekali kami menanti dan bertahun-tahun menunggu,” ujar pria yang kini berusia 92 tahun itu kepada media ini.
Oetomo menyebut memontum ini adalah sejarah baru. Empat sekolah negeri yang menurut dia masih bertahan kualitasnya bisa menjadi satu atap
“Sebelum ada SMA16, guru-guru termasuk saya pernah mengajar di SMA 3B Eksakta yang berada di Wijayakusuma,” ujarnya.
Dari Wijayakusuma kemudian dipindahkan ke Genteng Kali menjadi SMA Negeri 3. “Guru dan muridnya tetap. Nah, sejak itu saya berpikir masa sekolah negeri tidak punya gedung sekolah,” kayanya.
Maka ketika dibangunkan sekolah di Jalan Prapen (dulu Panjang Jiwo) Oetomo senang sekali. Namun yang membuat dia heran ternyata SMA NEGERI III/SMPP namanya tinggal SMPP.
Yang lebih heran lagi kemudian menjadi SMA 16. “Saya tidak bisa apa-apa sebagai kepala sekolah. Saya tidak berani berbuat karena saya pegawai negeri,” kisahnya.
Namun demikian Oetomo tetap bangga karena semua gurunya berada di sekolah ini hingga berubah nama menjadi SMA16.
Karena itu, dia berani menjamin kualitas SMA16 tak ada bedanya dengan kualitas saat menjadi SMA 3B Perjuangan di Wijayakusuma dan SMAGA Genteng Kali.
“Buktinya anak-anak lulusan SMPP dan SMA 16 ada di perguruan tinggi di mana-mana. Juga banyak yang sukses,” ujarnya.
Dengan demikian, menurut dia, keberadaan SMA 16 bukanlah sekolah yang baru berdiri. “Ini sekolah baru yang sudah melahirkan angkatan lama yang hebat hebat,” tegasnya.
Jadi, lanjutnya, SMA16 adalah sekolah negeri yang baru namanya, namun kualitasnya sebanding dengan SMA Negeri Favorit yang ada di Komplek Wijayakusuma.
MERIAH
Dalam acara deklarasi yang dikemas sederhana penuh kekeluargaan, Mingg pagi (27/11/22) berlangsung meriah.
Diawali senam pagi yang diinstrukturi alumni SMPP 82. Kemudian para alumnus menyumbang lagu diiringi live musik dari grup band yang tampil di atas mobil Van.
Sebelum acara inti, semua hadirin diminta MC asli SMA16 yang juga pendidik, Reza untuk berdiri sejenak. Mereka menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya penuh khidmat.
Tak ayal lagi helatan akbar dan perdana tersebut memperoleh respon positif Ketua Pasmanbaya 1-9 (Paguyuban SMA Negeri Surabaya) Nora Lelaya.
“Hari ini saya tidak bisa berkata-kata. Ada peleburan SMA. Yang senior dari SMA GTX, kemudian dilanjutkan SMPP dan SMA 16. Saya belum pernah melihat, peristiwa ini,” aku Nora dalam sambutan singkatnya.
Ia juga menyebut belum pernah terjadi ada sekolah yang seniornya menyesuaikan dengan juniornya menjadi SMA16. “Ini luar biasa, luar biasa,” pujinya.
Peleburan ini, menurut dia, disamping menegakkan silaturahmi juga memperkuat soliditas. “Saya ketua paguyuban SMA negeri 1-9 karena baru ada sembilan SMA negeri. Ya, di Pasmanbaya, SMA yang berbeda-beda saja ingin bersatu membentuk paguyuban,” katanya.
Menurut dia SMA GTX/ SMPP/SMAN16 adalah saudara sekandung. “Maka saya mengapresiasi adanya peleburan ini. SMA GTX SMPP yang senior mau bergabung menjadi SMA 16, karena punya semangat muda dan SMA 16 dengan gegap gempita menyambut baik kakak kakaknya. Saya doakan semoga ini menjadi kekuatan SMA 16 dan bangsa serta bnegara ini. Selamat, selamat, selamat,” tutup Nora yang juga dekan FKG Universitas Hang Tuah Surabaya ini. (Amu)
Oetomo Hadir, Deklarasi Ika Alumni SMAN 16 Sukses Luar biasa
|
28/11/2022 |