Upaya Mencegah Kekerasan di Sekolah, Menjadikan Sekolah Yang Melayani

indonews.tv – Berbagai kejadian tentang kekerasan banyak sekali kita baca dan kita lihat, baik itu melalui media ataupun fakta di lapangan.

Berdasarkan data tahunan yang direlease oleh LPA Jatim, tingkat kekerasan terhadap anak meningkat lebih dari 100 % tahun 2022 dibanding tahun 2021. Dari 363 menjadi 734 kasus.

Sebagaimana ditulis oleh banyak media nasional dan lokal, sepanjang tahun 2022 terdapat peningkatan yang signifikan terkait kasus kekerasan pada anak. Jenis kasus tersebut meliputi seksual, penelantaran, eksploitasi, ekonomi, fisik, psikis, hingga penculikan pada anak.

“Jumlah seluruh kekerasan yang terkolekting di kita ada 734 kasus kekerasan pada anak selama 2022. Jumlah tersebut meningkat dari 363 kasus (tahun 2022) menjadi 734 kasus,” ungkap Isa ketika dihubungi Basra, Senin (9/1).

Isa merinci, data tersebut dikumpulkan berdasarkan laporan langsung yang diterima oleh LPA Jatim dan diambil dari media.

Rinciannya 158 kasus seksual, 56 kasus penelantaran, 138 kasus ABH, 161 kasus kekerasan fisik, 8 kasus kekerasan psikis, 19 kasus terkait hak asuh anak.

Isa menuturkan, peningkatan tersebut terjadi karena pada 2022 PPKM mulai longgar, dan aktivitas lainnya seperti sekolah mulai kembali normal. Sehingga dinamika masyarakat juga mulai tinggi.

“Yang tahun lalu (2021) mungkin masih pandemi juga sehingga akses melapor juga rendah, dan kami tidak menangkap secara faktual. Tahun 2022, dinamika masyarakat mulai tinggi. Apalagi akhir tahun juga dikado dengan adanya tawuran (gangster), kekerasan, dan lainnya,” tuturnya.

Di tahun 2023 ini juga bisa kita saksikan bahwa kekerasan terhadap anak banyak kita jumpai, utamanya yang terjadi di sekolah. Baru – baru ini kita dkagetkan berita tentang kejadian kekerasan seksual di sekolah yang dilakukan oleh oknum guru. Sehingga ini membuat kita semua menjadi miris. Bayangkan di sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang nyaman bagi anak, ternyata di sekolah juga menjadi ancaman.

Lalu apa yang harus dilakukan untuk mencegah itu, progam sekolah yang melayani menjadi salah satu upaya untuk membangun atmosfir sekolah kita menjadi sekolah yang ramah.

Sebagai pegiat pendidikan dan perlindungan anak, Isa Ansori melakukan beberapa upaya pencegahan, baik melalui sosialisasi di lapangan dan pendampingan kepada sekolah. Dalam pendampingan yang dilakukan, Isa kemudian menghasilkan sebuah buku tentang pedoman pendampingan dan indikator capaian sekolah ramah anak.

Buku ini sejatinya disusun sejak tahun 2016 dan kemudian diuji cobakan ke beberapa sekolah di beberapa kabupaten kota di Jatim, Surabaya, Lamongan, Bangkalan, Sidoarjo dan Gresik tahun 2020.

Dengan buku ini, Sekolah sangat dibantu untuk melakukan langkah langkah penerapan sekolah yang melayani anak. Karena didalamnya terdapat panduan dan indikator capaian yang harus dilakukan.

Bagi sekolah juga buku ini menjadi penting, karena sekolah bisa mengukur apakah sekolahnya sudah ramah atau belum terhadap anak.

“Buku ini sejatinya sangat membantu sekolah untuk mengukur dirinya apakah sekolahnya ramah atau belum, sekaligus buku ini akan membantu sekolah untuk menciptakan “branding” bahwa sekolahnya adalah sekolah yang ramah terhadap anak, apalagi bagi sekolah swasta, ini akan menjadi sangat penting “, tutur isa, sang penulis dan penyusun indikator capaian tersebut. ( *)

Related Posts

About The Author

kirim pesan
Tanyakan untuk bisa diliput indonews.tv
TANYAKAN DISINI JIKA TEMPAT ANDA INGIN DIPROMOSIKAN KE INDONEWS.TV (TELEVISi ONLINE MASA KINI)