INDONEWS.TV – Situasi perpolitikan tanah air cenderung tidak menarik, disinyalir mengarah pada monolitik ( kekuatan tunggal dan sangat kuat). Pembentukan koalisi besar dan menganggap yang berbeda adalah musuh dan harus dihabisi, adalah praktik politik yang sedang terjadi. Politik seperti ini tentu tidak kreatif, karena
Isa Ansori
Kolumnis dan Akademisi
hanya mengulang praktik politik salah yang pernah terjadi, yaitu politik Orde lama dan politik Orde baru.
Politik sejatinya adalah hal – hal yang melekat pada diri kita, sehingga mengelolanya harus kreatif, kita mulai dari hal – hal yang mudah, murah dan bisa. Politik kreatif adalah menciptakan suasana politik baru, tidak cukup hanya dukungan massa dan besaran partai, tapi juga harus didukung sumber daya berkapasitas dan mumpuni. Mampu mencapai ide baru perubahan yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan perubahan zaman. Sehingga yang diukur adalah kapasitas, integritas dan kreativitas menghadapi persoalan perubahan zaman dan tantangannya.
Anies dibanding calon presiden yang lain nampaknya memenuhi kriteria ini, punya kapasitas, kreativitas dan integritas. Anies mampu membaca tanda tanda perubahan zaman, sehingga dalam ber politik pun mampu mengikuti apa saja yang dikehendaki oleh perubahan zaman.
Gagasan Anies tentang rekam jejak dan kontestasi gagasan sangat menarik, karena dengan dua hal itu, masyarakat tak akan bisa dibodohi dan dibohongi lagi dengan calon presiden yang ada. Rekam jejak akan berbicara apa saja yang menjadi prestasi dan kapasitas serta integritas si calon selama mereka menjadi pejabat, masyarakat bisa melihat dari rekam jejaknya. Ibarat pepatah, jangan membeli kucing dalam karung, kenali bibit, bebet dan bobotnya.
Dengan mengenal rekam jejak dan gagasan, masyarakat tak bisa lagi dibohongi dengan aksi pencitraan sang calon, kita sudah pernah punya pengalaman, dibohongi pemimpin yang penuh dengan pencitraan dan janji kosong. Sederhana tapi serakah, kelihatan merakyat tapi menindas dan hal – hal lain yang tak sesuai dengan kenyataan.
Politik kreatif juga sangat cocok dengan kebutuhan kelompok muda, pemilih pemula yang terkadang muallaf dalam politik, sehingga dibutuhkan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan dan zamannya. Anak – anak muda kita saat ini cenderung simple dan dinamis, sehingga dalam berpolitik juga harus simple dan dapat dipahami serta mengikuti dinamika mereka.
Dalam beberapa hari terakhir ini, ditengah berbagai kejadian politik yang muncul, Anies Dengan politik kreatifnya, tidak terpancing dengan isu – isu yang dilempar oleh lawan politiknya, Anies justru melepas amunisi balik yang harus direspon oleh barisan lawan – lawan politiknya.
Ibarat tembakan, Anies hanya melepas satu peluru tapin mengenai banyak sasaran. Sehingga gerombolan lawan yang selama ini yang merasa diuntungkan dengan praktik politik kotor kombinasi Orde lama dan Orde baru harus belepotan menangkis serangan Anies.
Yang terbaru ketika Jokowi mengatakan akan cawe – cawe demi bangsa dan negara, lalu direspon oleh Anies, ini dikuatirkan akan membunuh demokrasi, karena presiden menjadi tidak netral dan berpotensi menjegal calon yang tak dikehendaki.
Manuver Anies ternyata direspon oleh Hasto Sekjend PDIP, Ganjar Pranowo dan juga Mahfud MD. Bahkan Ganjar, Capres PDIP yang biasanya membangun politik pencitraan terganggu dengan manuver Anies, selama ini dirinya sangat diuntungkan dengan perilaku bar bar Jokowi dalam berdemokrasi, mulai menangkis dengan pernyataan kalau takut kalah kenapa harus ikut kontestasi, padahal selama ini pihak lawan lawan Anies yang sering melempar berita hoax dan fitnah, padahal Anies katanya disurvei hanya nomor tiga. Kalau Anies bisa dikalahkan, kenapa harus memusuhi dan memfitnahnya?
Ini menunjukkan betapa luar biasanya politik kreatif Anies, dengan merancang satu peluru, tapi sasarannya mengena ke banyak pihak.
Politik kreatif dalam kontestasi pilpres 2024 akan sangat dibutuhkan meraih simpati pemili ditengah politik pencitraan yang semakin usang dan cenderung membohongi dan membodohi.
Politik kreatif Anies tentu tak bisa dibiarkan berjalan sendirian, dibutuhkan barisan dan patner yang mengerti langgam dan gerak manuvernya, sehingga tak akan pernah memberi kesempatan kepada lawan untuk menampilkan atraksi membohongi publik.
Surabaya, 2 Juni 2023
Isa Ansori
Kolumnis dan Akademisi