Munculnya Kebenaran Baru! Ditentukan oleh Jumlah Like Atau Viewer Media Sosial

Surabaya-indonews.tv – Munculnya kata-kata ini memang sayalihat ketika Mantan Menteri Dahlan Iskan ketika memberikan sambutan di sebuah acara di Pondok Pesantren yang lagi fenomenal dibahas di media mainstream maupun online yang sedang fenomenal ini. Bagi saya sebagai pemerhati Sosial Masyarakat, hal yang dikatakan Dahlan cukup menggelitik saya,

Dahlan Iskan Mantan Menteri BUMN RI

Kebenaran baru baru ini berbeda dengan kebenaran, dan kebenaran baru nanti dasarnya bukan fakta, jadi fakta tidak mencerminkan kebenaran, jadi ini betul-betul kebenaran baru, kalo kita berbantah dimedia sosial, dengan cara menyampaikan fakta-fakta gak ada gunanya. karena fakta tidak lagi menjadi bagian kebenarankebenaran baru itu datang dari yang disebut persepsi, jadi kebenaran lama base on fact, kebenaran lama bertumpu pada fakta, kebenaran baru ini bertumpu pada persepsi, jadi persepsi menjadi dasar kebenaranUjar Dahlan saat itu.

Ketika kita mengmbil salah satu contoh perilaku Flexing Secara sederhana, flexing (pamer. Tidak hanya tentang kekayaan, tetapi juga bisa tentang berbagai pencapaian. Jika dilihat secara harfiah saja, flexing memang seperti hal yang negatif untuk dilakukan karena memiliki sifat menyombongkan sesuatu)., jika dulu Flexing merupakan hal yang terlalu tabu untuk dilakukan, dengan alasan terkendala aturan agama, adat, budaya dan etika, maka dulu orang untuk melakukan flexing, sekarang ini flexing di media sosial katanya adalah Hak Asasi orang, inilah kebenaran persepsi yang dimaksud (menurut penulis).

Dan jika ada yang mendebatkan maka taruhannya adalah, berapa jumlah yang like atau berapa jumlah unlike. Dimana ketika hal tersebut akan menjadi penentu bahwa perbuatan yang dilakukan tersebut adalah kebenaran versi jaman NOW yang dipenuhi dengan persetujuan bersama karena persepsi, kata anak sekarang GAK BAHAYA TAH ! tentu ini sangat bahaya menurut penulis.

Hayomi Gunawan – Pimred Indonews.tv / Pengamat Media Sosial

Kebenaran baru pada era milenial mengacu pada fenomena di mana perkembangan teknologi informasi dan media sosial telah mengubah cara manusia mencari, memperoleh, dan menyebarkan informasi. Era milenial, yang juga dikenal sebagai generasi digital atau generasi Y,merupakan periode di mana teknologi digital seperti internet, smartphone, dan media sosial menjadi sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut adalah beberapa karakteristik kebenaran baru pada era milenial:

Informasi Mudah Diperoleh : Dengan adanya internet, informasi dapat diakses dengan cepat dan mudah. Sebuah fakta atau berita dapat dengan mudah menyebar di seluruh dunia dalam hitungan detik, memungkinkan orang untuk tetap terhubung dengan peristiwa terkini di berbagai belahan dunia.

Kemajuan Teknologi dan Sosial Media : Media sosial memungkinkan individu untuk berbagi informasi, berpendapat, dan berkomunikasi dengan cepat dan secara global. Hal ini berarti bahwa berita, baik yang benar maupun palsu, dapat menyebar dengan sangat cepat dan mencapai audiens yang lebih luas daripada sebelumnya.

Filter Bubble dan Echo Chamber : Algoritma media sosial cenderung memperkuat pandangan dan keyakinan yang sudah ada dengan menampilkan konten yang sejalan dengan apa yang telah dilihat pengguna sebelumnya. Hal ini dapat menyebabkan terbentuknya filter bubble (gelembung filter) di mana individu hanya terpapar pada pandangan yang sejalan dengan keyakinan mereka, serta echo chamber (ruang gema) di mana pandangan mereka terus-menerus diperkuat tanpa adanya perspektif alternatif.

Penyebaran Informasi Tidak Teruji (Misinformasi dan Disinformasi) : Mudahnya menyebarkan informasi di internet memungkinkan munculnya informasi yang belum teruji kebenarannya (misinformasi) atau sengaja menyesatkan (disinformasi). Berita palsu, teori konspirasi, dan rumor dapat dengan cepat menyebar dan mengaburkan batas antara fakta dan opini.

Krisis Kepercayaan terhadap Media dan Institusi : Persebaran informasi yang tidak teruji dan perpecahan pandangan yang diperkuat oleh media sosial telah menyebabkan terjadi krisis kepercayaan terhadap media tradisional, pemerintah, dan institusi lainnya. Orang cenderung lebih skeptis dan mempertanyakan sumber berita serta informasi yang mereka terima.

Partisipasi Publik yang Meningkat : Sementara kebenaran baru membawa tantangan dalam memastikan keandalan informasi, era milenial juga telah menyaksikan partisipasi publik yang meningkat dalam proses berbagi informasi dan menyuarakan opini mereka. Aktivisme sosial dan gerakan online semakin umum, memungkinkan pergerakan sosial untuk tumbuh dengan cepat dan menarik perhatian.

Dalam era milenial ini, penting untuk membangun literasi digital yang baik dan kritis. Masyarakat harus belajar untuk memeriksa kebenaran informasi, mencari sumber yang tepercaya, dan menghindari penyebaran informasi yang tidak teruji. Pemerintah, media, dan perusahaan teknologi juga memiliki peran dalam mengurangi penyebaran misinformasi dan disinformasi serta meningkatkan transparansi informasi yang disajikan. (@bramhayomi)

Related Posts

About The Author

kirim pesan
Tanyakan untuk bisa diliput indonews.tv
TANYAKAN DISINI JIKA TEMPAT ANDA INGIN DIPROMOSIKAN KE INDONEWS.TV (TELEVISi ONLINE MASA KINI)