indonews.tv – Isu kesetaraan Gender sejak beberapa dekade ini sangatlah gencar, suara-suara tentang wanita dan laki-laki itu sama, alias tidak ada bedanya, sehingga unsur-unsur Agama kadang sudah banyak sumir alias dibuat samar, sedangkan ini sangat jarang menjadi perdebatan terbuka, hanya komunikasi senyap.
Berikut penjelasan secara mendalam, seimbang, dan tidak menyederhanakan persoalan, karena isu ini sering disalahpahami yang diulik oleh redaksi indonews.tv.
1. Benarkah wanita berpenghasilan cenderung lebih berani terhadap suami dan berani menggugat cerai?
Secara umum, ya – ada kecenderungan, tetapi bukan hukum mutlak.
Keberanian ini bukan semata-mata karena uang, melainkan karena perubahan posisi psikologis, sosial, dan struktural dalam rumah tangga.
a. Faktor ekonomi – rasa aman & otonomi
Wanita yang memiliki penghasilan:
• Tidak sepenuhnya bergantung pada suami
• Memiliki rasa aman finansial jika harus hidup sendiri
• Lebih berani menyuarakan ketidakadilan karena tidak takut “kehilangan nafkah”
Ini disebut dalam psikologi sebagai economic independence psychological autonomy.
b. Pergeseran relasi kuasa dalam rumah tangga
Dalam banyak budaya, termasuk Indonesia:
• Suami = pencari nafkah utama → pemegang kuasa
• Istri = bergantung → cenderung menahan diri
Ketika wanita juga berpenghasilan:
• Relasi menjadi lebih setara
• Wanita merasa punya hak tawar
• Ketidakadilan yang dulu “diterima” kini dipertanyakan
Akibatnya:
• Wanita lebih berani menolak dominasi
• Lebih berani mengatakan “ini tidak sehat”
c. Menggugat cerai: bukan karena berani, tapi karena berani keluar
Banyak wanita bukan ingin bercerai, tetapi:
• Tidak lagi mau hidup dalam relasi yang menyakitkan
• Tidak mau menormalisasi:
o Kekerasan verbal
o Pengabaian emosional
o Perselingkuhan
o Ketimpangan peran
👉 Penghasilan membuat opsi keluar menjadi mungkin, bukan otomatis membuat perceraian.
2. Mengapa wanita berpenghasilan tampak “lebih berani” atau “lebih keras”?
Sering kali ini salah tafsir.
Yang terjadi sebenarnya:
• Bukan lebih berani
• Tapi lebih jujur terhadap perasaannya
• Tidak lagi memendam demi bertahan hidup
Dulu:
“Saya diam karena saya butuh dia”
Sekarang:
“Saya bicara karena saya mampu berdiri sendiri”
3. Dampak-dampak yang muncul (positif & negatif)
A. Dampak positif
1. Pernikahan lebih setara
o Diskusi, bukan perintah
o Keputusan bersama
2. Wanita lebih sehat mental
o Tidak memendam emosi terlalu lama
o Lebih sadar harga diri
3. Anak melihat contoh hubungan yang adil
o Tidak belajar bahwa penindasan itu normal
B. Dampak negatif (jika tidak dikelola dengan matang)
1. Konflik ego
o Suami merasa kehilangan peran
o Terjadi “adu kuasa”
2. Komunikasi jadi keras
o Terutama jika:
Suami merasa terancam
Istri merasa tidak didengar
3. Perceraian meningkat
o Bukan karena wanita “mudah cerai”
o Tapi karena standar toleransi terhadap ketidakbahagiaan menurun
4. Dari sisi emosional: apakah wanita lebih emosian daripada laki-laki?
Jawaban ilmiahnya: wanita lebih ekspresif, bukan lebih emosional
a. Perbedaan biologis & hormonal
Wanita:
• Dipengaruhi estrogen & progesteron
• Emosi lebih cepat naik-turun
• Mudah menangis atau marah secara ekspresif
Laki-laki:
• Dipengaruhi testosteron
• Emosi ditekan, bukan diolah
• Marah diekspresikan lewat:
o Diam
o Kasar
o Meledak tiba-tiba
👉 Emosi laki-laki sering tertunda, bukan lebih stabil
b. Cara memproses emosi berbeda
Wanita:
• Berbicara untuk memproses emosi
• Reaktif, tetapi cepat reda
Laki-laki:
• Menyimpan emosi
• Tidak dibicarakan
• Tapi bisa meledak besar di satu titik
Itulah sebabnya:
• Wanita tampak “emosian”
• Padahal laki-laki lebih destruktif saat emosi meledak
5. Mengapa konflik makin terasa saat wanita mandiri?
Karena:
• Wanita tidak lagi takut kehilangan
• Laki-laki tak terbiasa menghadapi pasangan setara
• Sistem lama (patriarkal) bentrok dengan realitas baru
Ini bukan salah satu pihak,
melainkan transisi sosial yang belum matang secara emosional.
6. Inti kesimpulan (poin penting)
1. Wanita berpenghasilan bukan lebih berani, tapi lebih bebas
2. Menggugat cerai seringkali adalah bentuk perlindungan diri
3. Emosionalitas wanita ≠ kelemahan, tapi cara alami mengolah perasaan
4. Masalah muncul jika:
o Suami merasa terancam
o Istri merasa diremehkan
5. Kunci utama: komunikasi, bukan dominasi



